WHAT TO READ NEXT

Perspectives on Cultural Studies with Kak Alex and Kak Fernando


Perspectives bertujuan untuk mengenalkan peminatan di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris lebih dekat melalui pengalaman masing-masing narasumber. Kali ini, kita akan membahas peminatan Cultural Studies bersama Kak Fernando (KF) dan Kak Alex (KA).

IN: Silahkan dimulai dengan perkenalan diri dulu, Kak.

KF: Namaku Muhammad Fernando Ramadhan, biasa dipanggil Fernando, dari angkatan 2018,  sedang di semester 6, bareng sama Alex, ambil peminatan Cultural Studies. 

KA: Perkenalkan namaku Alexei Wahyudiputra, informasi lainnya sama seperti Nando ya.

IN: Bisa diceritain Kak latar belakang ambil peminatan Cultural Studies?

KA: Sebetulnya alasan awal itu sangat aneh. Pertama aku gak terlalu suka baca buku yang sastra, buku-buku novel atau puisi maupun prosa. Aku lebih senang objek berupa film, hal-hal yang berbau media dalam artian media digital dan itu bisa aku dapetin di CS ataupun Linguistik. Lalu, sebelum aku masuk setauku CS itu sifatnya kritis dan argumentatif, tidak sangat tertutup seperti Linguistik. Dimana setelahnya aku menyadari kalo Linguistik juga menjadi basis pemikiran CS dan ya ga tertutup-tutup amat. Kedua karena CS bersinggungan dengan filsafat dan aku sangat senang dengan hal-hal yang berbau filsafat.

KF: Aku sendiri juga gak jauh beda dari Alex. No offense ke jurusan lain tapi aku ambil CS karena aku sendiri kurang berminat di Literatur dan Linguistik. Objek Linguistik lebih fix gitu seperti tentang kalimat, struktur yang aku kurang tertarik. Sama yang dibilang Alex tadi, di Literatur aku juga kurang suka baca. Aku ambil CS mungkin karena itu alternatif di antara Linguistik dan Literatur. Scoop knowledge dari CS luas, kita belajar interdisciplinary, bidang-bidang yang berkaitan dengan banyak hal seperti filsafat, sosiologi, sejarah, hal yang  ditemukan di Linguistic dan Literatur. CS lebih luas dan menantang. Waktu masuk juga gak jauh dari ekspektasi, kadang terasa overwhelmed juga kalau gak mengikuti dengan baik. 

IN: Kemudian menurut Kakak apa skill yang dibutuhkan untuk peminatan ini?

KA: Skill untuk menjadi kritis. CS tidak hanya cultural tapi tetap harus critical karena CS sejatinya berbeda dengan kajian kebudayaan yang konvensional. Menurutku karena CS tidak hanya membahas kebudayaan yang adiluhung, tradisional atau hanya kesenian. CS lebih berfokus pada everyday-life, everything we see in popular media, untuk melihat itu secara kritis agak susah. Kadang kita melihat hal-hal seperti itu sudah biasa. Orang-orang mengantri panjang di Starbucks ada prosedur dan caranya sendiri. Ini salah satu contoh bagaimana everyday life dalam CS. Jadi, salah satu skill yang perlu dikuasai dalam CS adalah menjadi kritis. Bagaimana melihat interkoneksi antara hal-hal kecil seperti itu dengan hal-hal lainnya. Seperti kita lihat antrian Starbucks. Kalau kita bahas dalam sebuah struktur, nanti ada koneksinya sama hal apa ya? apakah sama di café-café lain atau ada perbedaan? Nah signifikansinya ini dalam dunia yang kapitalis? Ini contoh aja ya dalam konteks Mediated Discourse Analysis. Jadi penting dalam CS untuk kritis, untuk melihat interkoneksi dalam hal-hal yang terlihat natural, namun bisa kita konstruksi untuk melihat hal-hal di balik layar.

KF: Sudah banyak dijelasin Alex ya, tapi kalau menurutku yang bisa disiapkan untuk belajar di CS kita harus memposisikan diri untuk menjadi adaptif dan dinamis. Mungkin di peminatan lain juga gitu, tapi aku merasa yang dipelajari di CS sangat dinamis karena banyak bidang-bidang yang mungkin kita mikirnya sebelum masuk CS itu di luar sasing. Jadi harus adaptif dan dinamis. Menurutku caranya perbanyak baca buku teori dan jurnal-jurnal. Meskipun baca itu capek dan di Literatur dan Linguistik juga baca tapi di CS kita harus baca various literary text yang dibahas juga berbagai macam teori dan approach yang berbeda. CS juga mengkombinasikan banyak teori dan bidang yang tadi dijelaskan Alex, jadi kita juga harus menyiapkan diri kita untuk punya knowledge untuk pembahasan tentang Marxisme. Kalau gak punya fundamental knowledge untuk ikut dalam pembahasan tersebut, kita gak bisa catch up kalau di CS. Kita akan belajar berbagai macam hal, maka mahasiswa CS lebih dituntut untuk dinamis dan adaptif. Jadi kalau ada yang tertarik masuk CS dan belum mulai baca bisa mulai dari sekarang baca berbagai macam buku. Seperti filsafat yang dibilang Alex tadi, bisa dibaca buat jadi bekal masuk CS.

IN: Berarti berpikir kritis itu krusial ya Kak untuk CS secara umum?

KA: Iya betul. Mau nambahin yang Nando bilang tadi. Benar kata Nando untuk memiliki fundamental knowledge tentang disiplin-disiplin lain dan kalau dalam konteks CS di Unair, sebenci-bencinya kalian dengan Literatur & Linguistik, usahakan juga bersahabat dengan kedua peminatan itu karena CS juga kombinasi dari keduanya. Jadi, kalau kalian ambil CS karena gak suka Linguistik dan Literatur sebenarnya agak salah juga karena arena dalam CS dua-duanya ada, paket lengkap. Jadi alasanku yang sebelumnya kusebut kuakui cukup misleading, namun pada akhirnya aku juga menyukai dua disiplin itu.

IN: Kak, ada stereotip CS itu yang paling susah apalagi untuk lulus 3,5 tahun. Apa pendapat Kakak tentang stereotip itu? 

KF: Tadi narasinya bilang CS paling susah untuk 3,5 tahun, tapi ini ada Kak Alex udah ambil TWD di semester 6. Mungkin yang sekarang dengar tentang CS itu paling susah sudah beda konteks dan zaman, ya. Karena dulu zaman kating-kating kita, CS jarang diambil karena mungkin dulu mekanisme buat filter anak-anak yang masuk CS lebih susah. Tapi dari 2017 sudah mulai lebih banyak kating yang masuk CS dan di angkatanku juga lebih banyak yang masuk CS. Kenapa lulusnya berat itu ada dua faktor, pertama karena dulu yang masuk sedikit jadi mungkin lebih dipersulit dan kedua, seperti kata Alex tadi, CS banyak interconnected sama ilmu yang cakupannya luas. Jadi mungkin anak-anak CS yang mau 3.5 juga overwhelmed. Seperti di semester 5 dan 6 berat-berat ada Semiotic, Advanced Literature, bisa dibilang matkul yang cukup berat dan cukup menghambat untuk 3.5. Tapi kalau sekarang lebih banyak yang bisa. Semua tergantung masing-masing sebenarnya. Contohnya Alex dan teman-temanku yang lain juga kelihatannya 3.5 tahun. 

KA: Sangat setuju dengan Nando. 3.5 tahun dulu susah karena CS ini peminatan yang baru. Dulu hanya Linguistik dan Literatur. Tapi sekarang CS jadi fokus tersendiri. Karena baru itu jadi tidak hanya dosennya yang beradaptasi, mahasiswanya juga harus. Ini asumsiku aja sih sebetulnya. Banyaknya paradigma yang diserap dan dari segi objek, mahasiswa banyak yang masih kesulitan memilih objek dan fokus. Aku sendiri yang sudah ambil TWD sebenarnya masih agak belum yakin dengan objek ku. Terlalu banyaknya objek dalam CS akhirnya membuat kita jadi bingung. Tapi sudah ada kok kating CS yang lulus 3.5 tahun. Intinya, ya harus fokus.

IN: Keren banget kak, sangat menginspirasi teman-teman yang mau ambil CS. Terus kalau menurut kakak-kakak matkul yang paling menantang di CS tuh apa ya?

KA: Nomor satu yang jelas Methods of Cultural Studies Research yang akan kalian dapatkan di semester 6 yang buat kalian tau ‘Oh CS itu begini ya.’ Di semester 5 ada teori-teori sastra, baru sebatas teori, yang tidak terlalu merefleksikan dinamika ke-CS-an. Introduction to Media Studies dan PKBU sebetulnya ya sudah merefleksikan CS, namun untuk lebih dalam dan detailnya ya di Methods ini. Lalu, aku pribadi menganggap Semiotic itu menantang karena itu sejatinya ilmu Linguistik namun juga applicable di CS. Dan, ya matkul ini secara administratif dikhususkan untuk anak Lit dan CS. Kenapa menurutku berat? Karena first half semiotic fokus pada media popular seperti iklan lalu setelah UTS itu music video, jadi masih senang dijalani untuk anak yang suka objek “media”. Lalu nanti sebelum UAS akan berganti jadi semiotika puisi dimana kalau bagi anak CS yang sangat kesulitan sastra ya susah. 

KF: Sama dengan Alex tadi, yang susah menurutku Semiotics, study of signs. Tapi aku bahas mekanismenya saja. Susah karena at some occasions harus berkelompok untuk menganalisis dan menurutku kalau berkelompok kurang kondusif, harus sama-sama rajin dan kritis jadi cukup menantang. Lalu Methods of Cultural Studies Research menurutku cukup fast-paced, diajarin basic tiba tiba langsung diminta calon topik yang akan kalian pakai. Advanced Theory juga menantang karena aku pernah punya experience buruk, waktu itu meeting pertama kelompokku disuruh presentasi dan waktu itu dosennya langsung tanya-tanya detail kelompokku jadi mentalku down padahal menurutku sudah cukup bagus presentasinya. Terakhir, Contemporary Critical and Cultural Studies karena aku kurang paham kajian space & place. Bahas konsep letak dan ruang sebenarnya fun tapi menantang karena kajiannya kurang familiar. 

IN: Boleh ceritakan sedikit pengalaman, suka-duka selama menjalani peminatan ini, Kak.

KA: Sukanya itu dosen CS asik, kritis, konstruktif. Kalau dari konten, pelajarannya juga menyenangkan karena sangat interdisiplin, gak bisa terstruktur banget dan terus terbuka kalau kita menggali argumen. Kalau aku pribadi duka gak ada karena duka tergantung gimana kalian melakukannya. Kalau kalian senang dengan apa yang kalian lakukan, kesusahan pun gak bakal jadi duka. Ya mungkin kalau ada satu hal yang mau dianggap jadi duka itu kalau anak Literature masuk toko buku langsung ke section novel, kalau ambil Linguistik pergi ke section Linguistik kalo ada, tapi kalau CS karena transdiscipline kalian masuk toko buku kalian bisa-bisa beli semua buku yang bisa masuk cakupan CS.

KF: Kalau aku karena ini hal yang aku pilih dan tertarik jadi aku suka yang dipelajari di CS. Terlepas dari dosennya yang asik, tugas-tugasnya juga relatif, masih bisa ditolerir asal tidak mepet. Dukanya satu poin saja, berdasarkan apa yang kualami karena CS tuh luas banget, beberapa matkul demand kita untuk melakukan pengerjaannya berkelompok. Aku merasa kadang kelompoknya kurang kontributif yang nanti berdampak ke penilaian kinerja kelompok kita sendiri. Tapi tergantung posisi kita juga, kalau kita dapet kelompok yang enak kerjasama bisa diskusi banyak tapi kalau gak seperti itu, itu yang jadi masalah. Jadi tantangannya di CS cari teman yang bisa diajak sharing banyak. Ini bukan pengalamanku tapi pengalaman temanku.

IN: Objek yang diteliti di peminatan ini apa saja ya, Kak? Kalau dilihat dari buku pedoman, CS sama Literatur banyak matkul yang sama, bedanya apa ya, Kak?

KA: Objeknya berbeda, basis teorinya sama. Kalau Literatur lebih ke teks-teks sastra seperti puisi, prosa, novel, drama. Kalau CS objek yang dianalisa media, dalam media digital dan berita-berita. Audio visual seperti film, iklan, music video, atau juga teks digital seperti teks berita, atau figur di Instagram. Ada juga kajian komunitas (etnografi) dimana kalian terjun langsung ke lapangan.  Segala sesuatu yang signifikan menurut kalian bisa dijadikan objek, tapi tentunya jangan sastra karena itu objek Literature. Perbedaannya itu.

KF: Games juga. Buat nambahin, analoginya kalau Literatur kan sastra, CS studi tentang budaya. Kalau di Literatur bisa budaya tapi hanya mencakup teks-teks dalam konteks budayanya saja. Kalau CS segala sesuatu yang ditemukan dalam suatu budaya itu, mau nilai-nilai sosial, sejarah, juga bisa. Kalau Literatur terbatas di teks saja.

IN: Apa keunikan atau fun facts yang kira kira orang non CS belum tau?


KF: Aku gatau ya ini mungkin aku aja apa gimana. Dulu aku pernah denger ada yang bandingin, entah kating atau siapa, bilang ke aku di sasing ada yang namanya CS. Kamu cocok misalkan suka HI (Hubungan Internasional). Bahasan politik, sosial budaya gitu kan ada di HI. Kalau kamu suka itu, pilih CS. Menurutku itu gak sepenuhnya benar tapi mungkin bisa dibilang benar dalam artian di CS pembahasannya luas dan ada orang yang sudah expect kalau CS itu luas tapi setelah terjun di CS, mereka bahkan bisa kaget soalnya CS lebih luas dari yang dibayangkan. Berbagai macam hal yang kalian jumpai di kehidupan. Tadi Alex bilang antrian Starbucks itukan kebiasaan dan bisa dijadikan objek di CS yang mungkin di HI gak bisa. CS memang luas konteks dan konsepnya. Kalau aku sendiri mungkin batasan CS masih abstrak bagiku. 


KA: Aku tambahin, banyak orang kira CS itu deskriptif dalam artian retelling namun sejatinya ya butuh adanya critique dengan basis penalaran yang kuat. CS gak belajar mendeskripsikan suatu sistem tapi belajar kenapa sistem itu begini dan kenapa gak yang lain. Perubahan dan dinamika suatu sistem lah. Jadi sesuatu yang sangat berputar-putar dan sangat argumentatif, sesuatu yang sangat kritis. CS itu unik karena suudzon tapi di back up  dengan data-data yang masuk akal dan kredibel. Jadi keunikan CS adalah CS sangat sinis, mempertanyakan kalau misalnya ada yang lebih baik tapi kenapa malah begini representasinya.


KF: Oh ya sama nambahin yang Alex udah bilang. Ini alasan nyebutin suudzon. Ini salah satu fun fact mungkin yang orang sebelum masuk CS gak tau, menganggapnya sebutan Cultural Studies hanya membahas budaya secara 5W1H gitu. Tapi CS lebih dari itu karena, kalau kata dosen, ilmu suudzon. Kita mencoba buat negative thinking dengan good manner seperti kata Alex, dengan data yang valid dan kredibel. Kita mencoba suudzon ini kenapa sih kayak gini dan mengapa, apa, dan bagaimana itu hal itu terjadi. Berargumen dengan aspek kehidupan.


IN: Ada gak tips atau saran untuk yang belum peminatan supaya dapat memilih peminatan yang tepat?


KA: Kalau dari aku, pertama pastikan dan yakinkan suka objek yang bagaimana. Objek sastra atau objek media ataupun juga kehidupan sehari-hari. Kalau sudah yakin misal yakin di sastra ya langsung ambil sastra gak usah dipikir-pikir ulang. Kalau senang baca novel, sudah banyak baca novel dan terus-terusan baca novel atau melihat karya sastra lainnya, saranku ambil Literatur. Kalau misal film atau objek kehidupan sehari-hari itu mengerucut lagi pada dua pilihan, Linguistik atau CS. Kalau kalian senang dengan bahasa, struktur, aturan, dan konvensi kebahasaan ya silahkan ambil Linguistik. Linguistik sebetulnya tidak semua matkulnya sangat deskriptif dan tertutup. Ada yang interpretatif dan argumentatif juga. Ada Psycholinguistics yang mempelajari bagian-bagian neurologi dan psikologi manusia bagaimana memproduksi bahasa, memproduksi suara dan kalau kalian gak suka hal seperti itu berarti hindari Linguistik. Kalau kalian senangnya di interpretasi film atau minimal kalian senang meresensi atau mereview suatu karya misal film atau suatu fenomena budaya misalnya ada cultural appropriation atau fenomena kemarin ramainya BTS Meal silahkan ambil CS. Pada dasarnya basis teorinya sastra dan CS sama, ya. Teori-teorinya sama diambil dari filsafat, mulai dari Modernism sampai Postmodernism, Structuralism hingga Poststructuralism.


KF: Tips buat pilih jurusan itu balik ke kita sendiri. Benar kata Alex tentukan dulu dari objek dulu. Dari aku, kenali dulu karakter jurusan yang ada di sasing. Misal Linguistik, bisa dibilang itu ilmu eksak karena belajar hal hal yang pasti. Kita belajar bahasa dan at some point bahasa itu juga bisa dinamis, ada hal-hal yang mencakup sosial. Mungkin di discourse atau Psycholinguistic. Walaupun hal yang sudah pasti tapi tetap dituntut kritis dalam menganalisis bahasa tersebut. Kalau Literatur bagi teman-teman yang suka baca produk sastra, budaya seperti puisi, novel, cerita. Kalau CS lebih luas seperti yang sudah dijelaskan. dibandingkan yang lain, CS lebih kompleks. Itu dari pengalamanku pribadi soalnya di CS bahkan juga ada Literatur dan Linguistik. CS basically hybrid, gabungan dari dua penjurusan dan itu kenapa butuh teman yang kritis dan mampu untuk belajar berbagai macam hal di CS.


IN: Tadi kakak bahas CS itu luas bahasanya jika dibanding Literatur, gimana Kakak bisa merasa secure dengan keluasan materi di CS?


KA: Kalau dari aku pribadi gak pernah secure ya jadi mahasiswa CS yang constantly 24/7 insecure. Maksud “secure” disini ya sikap yang kelewat santai. Secure atau tidaknya bergantung pada kesenangan kalian dan juga penguasaan kalian terhadap objek-objek yang memang kalian harus geluti. Intinya kalau Literatur sama CS kalau kalian gak tau objeknya secara spesifik, otomatis kalian akan insecure karena Literatur meski dikatakan objek hanya yang tertulis saja juga akan susah kalau bilang otomatis secure karena meskipun objeknya sama tapi didalamnya ada ribuan variasi karya sastra dan itu juga pasti akan membuat kalian kebingungan milihnya. Objek mana yang bisa kalian signifikansikan, itu yang susah. Insecure tidak dapat dipungkiri tapi tergantung bagaimana kalian menyukai dan menguasai, paling tidak menyukai apa yang disampaikan oleh CS. Maka kalau kalian menyukai otomatis akan merasa secure dalam artian “yakin-yakin aja” dengan itu semua.


KF: Kalau aku ambil poinnya Alex, cara secure di CS itu mencoba develop perlahan rasa suka dengan apa yang kalian pelajari. Kalau kita suka, kita pasti nyaman belajarnya dan otomatis ketika ditanya dosen atau mungkin bikin paper atau ngerjain tugas juga merasa secure karena selama ini belajarnya nyaman dan juga masuk ke dalam otak. Lalu kalau dari aku cara secure di CS mungkin dalam konteks nyari topik buat skripsi, CS itu luas dan pasti awalnya bingung pakai objek apa. Aku lebih ke arah mencoba analisis objek yang aku suka atau dekat dengan kehidupanku. Misalnya aku setiap hari baca buku atau main game tentang apa, aku bakal mencoba mencari apa elemen yang ada di buku atau di game tersebut yang bisa di dikaitkan sama CS. Aku merasa pasti ada karena CS itu sangat luas entah isunya, entah teksnya. Bisa dari sisi etnografi atau sisi lainnya. Kalau sudah ada satu yang kalian sukai, jangan setengah setengah buat belajarnya. Misal ada tugas dari dosen bikin paper coba kaitkan sama apa yang kalian sukai. Kalian suka menonton suatu film terus nanti ada yang bisa dikaitkan sama apa yang dipelajari. Soalnya kalau CS dipelajari semuanya gak mungkin. Alex yang rajin belajarnya pasti ada satu dua yang dia gak pahami.


IN: Kak CS ini objek kajiannya dan pendekatannya banyak, ada tips buat membatasi kajian kita supaya tidak terlalu luas dan melebar kemana-mana?


KA: Pertama, yang paling mudah untuk membatasi sesuatu. Misal kalian mau menganalisa sesuatu yang pasti kalian juga akan mempertanyakan dulu tentang research question, apa yang ingin kalian tanyakan dalam riset itu. Seluas-luasnya CS, ujungnya ada research question yang hanya 2 atau 3. Jadi tentukan dulu apa yang ingin kalian tanyakan. Kedua adalah juga kekayaan teori yang kita punya. Seperti tadi menganalisa antrian Starbucks, teori apa yang kira-kira membantu. Kalau kalian sudah pernah baca tentang sesuatu yang berkaitan dengan Sosiologi karena mungkin kalian datang dari IPS dan pernah belajar Sosiologi, akan sangat membantu di CS. Gak terlalu sama tapi mirip ya CS dengan Sosiologi. Limit dulu research question yang ingin kalian tanyakan. Misal ada 10 yang ingin aku tanyakan, aku pikir ulang dari 10 itu mungkin ada poin yang bisa digabung menjadi satu. Jadi terus berusaha untuk disintesis dan difokuskan. Dari situ, kalian bisa fokus dengan apa yang kalian analisis dan tentunya dibantu oleh pengetahuan bacaan kalian.

 

KF: Untuk batasi pemahaman kita misalkan mencari tahu isu dalam teks dan teori apa yang tepat itu memang cara tergampangnya paling enggak punya pemahaman dasar tentang setiap teori yang ada di CS. Contohnya, teks yang kita baca membahas novel atau cerita pendek tentang bangsawan punya usaha besar dan tentang ekonomi. Mungkin bangsawan juga cukup diskriminatif dalam pekerja yang kerja sama dia. Setelah sudah cukup tahu dan punya pemahaman dasar tentang teori CS, kita setelah liat teksnya bisa langsung menganalisa di teks ini yang paling kuat dan isu yang bisa dibahas kayaknya pakai teori Marxisme soalnya bahasannya tentang ekonomi, tentang borjuis dan proletar. Bisa langsung nyambung kalau kita sudah ada basic knowledge. CS minimal harus paham semua teori yang dibuat kajian secara dasar dan cukup advanced. Rumus tadi formulanya supaya gampang menemukan kajian objeknya dan teori yang cocok supaya ketika kita baca bisa langsung memprediksi.


IN: Kak mungkin ada bacaan rekomendasi supaya yang mau pilih CS bisa lebih tau CS itu gimana?


KA: Bacaaan memberikan introduction cukup komprehensif itu yang dipakai kelas PKBU yang berjudul Introducing Cultural Studies, itu yang pertama. Kedua ada buku Chris Barker tentang Cultural Studies. Ketiga ada John Storey tentang popular culture. Lois Tyson juga sebetulnya, judulnya Critical Theories Today a Friendly-User Guide. Kalau yang Lois Tyson ini tentang teori-teori sastra yang nanti akan sangat penting untuk dipelajari sebagai basis teoritis CS juga. Bisa juga baca bukunya Paula Saukko tentang metodologi penelitian CS.


KF: Buku yang disebut Alex tadi mostly bahasa Inggris, ya. Kalau yang bahasa Indonesia ada buku Dunia Cultural Studies dari Chris Barker covernya warna kuning. Lingkup yang di Chris Barker ini cukup berisi pemahaman sangat mendasar tapi banyak pembahasannya ada Postmodernisme, dekonstruksi,  semiotika dan bidang di CS. Buku ini yang aku pakai di awal belajar. Menurutku tidak se advanced yang disebutkan Alex. 


IN: Sebelum peminatan, Kakak dari awal sudah fix ambil CS atau pernah kepikiran yang lain?


KA: Sudah fix. 


KF: Iya. Aku dari maba sudah mau CS. Dari awal pas tau deskripsinya CS, aku sudah yakin. Dulu waktu maba juga taunya dari kating-kating yang aku kenal gitu makanya langsung yakin CS.


IN: Last statement untuk para pembaca, Kak?


KF: Masuk CS aja, seru. Walaupun objeknya luas seperti yang sudah dijelaskan, CS bisa dipelajari dengan baca buku-buku in advance  dan lihat dari kehidupan sehari-hari. Promotional sekali ucapanku hehe.


KA: Di CS bakal ada banyak objek dan teori untuk dipelajari. Saranku setelah belajar banyak nanti, akan sangat membantu kalau kalian ambil satu teori saja dan perdalami secara spesifik. Misalnya kalian pikir post colonial itu seru, ya kalian cari bacaan lain tentang topik itu. Satu isu post colonial itu ada banyak jenisnya. Satu teori itu juga bisa menyambung ke teori-teori lain. Misal dari post colonial bisa dilihat dari power dan Marxisme. Jadi, mendalami satu teori itu juga bisa untuk membuka pikiran ke teori lain.


IN: Terima Kasih banyak Kak Alex dan Kak Fernando untuk wawasan tentang CS dan waktunya. Semoga perjalanan kakak kedepannya selalu lancar, ya.


Jika kamu belum terlalu paham tentang peminatan di jurusan Sastra Inggris Unair, kamu bisa membaca artikel ini juga, ya.




Comments